KKM (Kuliah Kerja Masyarakat) Kelompok 90 Universitas Sultan Agung Tirtayasa

KKM (Kuliah Kerja Masyarakat) Kelompok 90 Universitas Sultan Agung Tirtayasa

Nikamati dan rasakan masa pengabdian mu dengan masyarakat sebagai mahasiswa. Mahasiswa memiliki posisi, potensi, dan peran istimewa dibandingkan golongan akademik lainnya. Mahasiswa juga memiliki kebebasan dalam “bergerak” karena belum terikat kepentingan-kepentingan yang dapat melunturkan idealisme mereka. Ketika mahasiswa yang turun ke masyarakat, mereka seharusnya dapat menjadi representasi dari individu yang memiliki pemikiran dan niat yang tulus. Dari identitas tersebut, secara tersirat dapat menjelaskan bahwa mahasiswa mempunyai tangung jawab secara intelektual, sosial, dan moral kepada masyarakat.

Untuk hal tersebutlah mahasiswa ada,  mereka harus menjadi pemicu atau motor penggerak terbentuknya peradaban yang maju dengan dilaksanakannya pengabdian melalui pemberdayaan masyarakat sebagai awalannya karena pengabdian merupakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi dan sudah merupakan kewajiban bagi kaum akademik untuk memenuhinya. Selain itu, tuntutan akal dan etika juga akan membuat mahasiswa sadar akan kewajibannya sebagai seorang intelek.

Semoga kelak pengabdian ini tidak terputus dimana pun dan kapanpun, jangan jadikan pengabdian ini hanya mengejar nilai atau menunggu momentum yang pas untuk melaksanakannya. 

Terimakasih kepada seluruh anggota kelompok KKM 90 yang telah mensukseskan kegiatan pengabdian ini. Rizki Pamungkas, Lisa Hidyanti, Tia Lestari, Diana Ramadhani, Shandra Gholi Putri, Serly Oktapiani, Riesca Auliasari,  Eva Safitry, Meydiana Rosha Riszkya, Ratu Desya Puspitasari, Rahmatika Tiara, Yasin Siregar, Dini Yulyani, Kristina Silitonga, Febriyani Eka Safitri, Elvira Haras, Hayatun Nufus, Iswanto.

“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali” - Tan Malaka. Madilog -



































Komentar